BAHASA BUTON

Bahasa Buton adalah istilah umum yang mengacu pada sejumlah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat di wilayah Kepulauan Buton, yang kini termasuk dalam Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa ini dituturkan oleh suku-suku di Pulau Buton, seperti suku Cia-Cia, Wolio, Lasalimu, Kumbewaha, dan lainnya. Oleh karena itu, istilah "Bahasa Buton" sebenarnya merujuk pada kelompok bahasa, bukan satu bahasa tunggal.


Klasifikasi Bahasa

Bahasa-bahasa Buton tergolong dalam rumpun Austronesia, cabang Malayo-Polinesia, dan lebih spesifik lagi masuk dalam kelompok Muna–Buton. Beberapa bahasa utama di Buton adalah:

  • Bahasa Wolio: Digunakan di Baubau, dan menjadi bahasa istana Kesultanan Buton.

  • Bahasa Cia-Cia: Digunakan di wilayah selatan Pulau Buton, termasuk di Bau-Bau dan sekitarnya.

  • Bahasa Lasalimu, Kumbewaha, dan Kaidipang-Buton: Digunakan di wilayah timur dan pedalaman Buton.


Ciri-Ciri Bahasa Buton (umum)

1. Fonologi

  • Terdapat 5 vokal dasar: /a/, /e/, /i/, /o/, /u/

  • Menggunakan bunyi nasal seperti /ng/, /mb/, dan /nd/

  • Irama pengucapan cenderung cepat dan melodius

2. Kosakata

Kosakata sangat bervariasi antar subbahasa, tetapi secara umum memiliki struktur yang tidak serumpun langsung dengan bahasa Bugis maupun Makassar. Contoh dari Bahasa Wolio:

Bahasa Wolio Bahasa Indonesia
Ndapo Tidak
Ina Ibu
Ama Ayah
Kambea Makan
Sangi Pergi

3. Struktur Kalimat

  • Pola umum adalah Subjek–Predikat–Objek (SPO)

  • Menggunakan afiks seperti awalan ka-, pa-, mo- untuk membentuk kata kerja

  • Kata ganti orang dan waktu memiliki bentuk khas

4. Aksara

  • Bahasa Wolio secara historis ditulis dalam Aksara Arab-Melayu (Jawi) karena pengaruh Islam dan Kesultanan Buton.

  • Saat ini semua bahasa di Buton ditulis dalam huruf Latin.


Fungsi dan Penggunaan

  • Bahasa Buton digunakan dalam komunikasi harian, terutama dalam komunitas lokal dan keluarga

  • Dipakai dalam ritual adat, sastra lisan, dan syair-syair Kesultanan Buton

  • Bahasa Indonesia digunakan dalam pendidikan dan pemerintahan, tetapi bahasa daerah tetap dipakai dalam konteks budaya


Pelestarian dan Perkembangan

  • Beberapa bahasa Buton, seperti Wolio dan Cia-Cia, telah mulai didokumentasikan dan diajarkan di sekolah-sekolah lokal

  • Upaya pelestarian dilakukan melalui penerbitan kamus, pengajaran muatan lokal, serta konten digital

  • Bahasa Cia-Cia sempat menjadi sorotan internasional karena upaya penggunaan aksara Korea (Hangeul) untuk penulisannya