BAHASA TIDORE

Bahasa Tidore adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat suku Tidore yang tinggal di Pulau Tidore, serta sebagian wilayah di Halmahera Barat dan Ternate, Provinsi Maluku Utara. Bahasa ini merupakan bahasa ibu bagi etnis Tidore dan menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.

Jumlah penutur Bahasa Tidore diperkirakan sekitar 20.000 hingga 30.000 orang, meskipun jumlahnya terus menurun karena dominasi Bahasa Melayu Ternate dalam komunikasi antarsuku.


Klasifikasi Bahasa

Bahasa Tidore termasuk dalam rumpun non-Austronesia (Papua), tepatnya cabang Halmahera Utara–Halmahera Selatan dari kelompok Trans–Nugini Barat. Ini menjadikannya salah satu dari sedikit bahasa Papua yang digunakan di luar Pulau Papua.

Bahasa Tidore memiliki kemiripan struktur dan kosakata dengan Bahasa Ternate, tetapi tetap berdiri sebagai bahasa yang berbeda.


Ciri-Ciri Bahasa Tidore

1. Fonologi

  • Vokal dasar: /a/, /e/, /i/, /o/, /u/

  • Konsonan khas dan pelafalan tegas

  • Penggunaan bunyi nasal dan afrikat yang unik

2. Kosakata

Kosakata Bahasa Tidore sangat berbeda dari Bahasa Indonesia maupun Melayu. Berikut beberapa contoh:

Bahasa Tidore Bahasa Indonesia
Ici Saya
Oni Kamu
Lamo Makan
Jou Tuan/Bangsawan
Sahu Air

3. Struktur Kalimat

  • Umumnya mengikuti pola Subjek–Predikat–Objek (SPO)

  • Kalimat bisa dibentuk menggunakan partikel dan penanda yang khas untuk aspek dan kepemilikan

  • Kata kerja tidak mengalami perubahan bentuk, tetapi bergantung pada partikel dan konteks

4. Aksara

  • Bahasa Tidore tidak memiliki aksara tradisional

  • Saat ini ditulis dengan huruf Latin


Fungsi dan Penggunaan

  • Digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh penutur asli, terutama di pedesaan dan dalam lingkup keluarga

  • Masih digunakan dalam upacara adat, cerita rakyat, dan sastra lisan

  • Bahasa Melayu Ternate lebih umum digunakan di ruang publik, pemerintahan, dan pendidikan


Pelestarian dan Perkembangan

  • Bahasa Tidore termasuk bahasa terancam punah karena pengaruh bahasa dominan

  • Upaya pelestarian dilakukan melalui dokumentasi linguistik, pengajaran informal, dan revitalisasi budaya

  • Beberapa komunitas dan akademisi sedang mengembangkan kamus serta bahan ajar berbahasa Tidore