BAHASA SENTANI

Bahasa Sentani adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Sentani, tepatnya di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia. Bahasa ini merupakan bahasa asli dari suku Sentani, yang tersebar di sekitar 24 kampung di kawasan Danau Sentani dan dataran rendah sekitarnya.

Jumlah penutur Bahasa Sentani diperkirakan mencapai 30.000 hingga 50.000 orang, menjadikannya salah satu bahasa daerah penting di wilayah Papua pesisir utara.


Klasifikasi Bahasa

Bahasa Sentani tidak termasuk dalam rumpun Austronesia, tetapi merupakan bagian dari rumpun Papua, lebih tepatnya dalam kelompok Sentani, yang merupakan kelompok bahasa tersendiri. Bahasa ini tidak berkerabat langsung dengan kebanyakan bahasa Papua Pegunungan seperti Bahasa Dani atau Asmat.


Ciri-Ciri Bahasa Sentani

1. Fonologi

  • Terdiri dari vokal /a/, /e/, /i/, /o/, /u/

  • Memiliki sejumlah konsonan khas seperti /Å‹/ (ng), /kÊ·/, dan bunyi glotal

  • Ritme pelafalan relatif datar namun jelas

2. Kosakata

Bahasa Sentani memiliki kosakata yang mencerminkan budaya dan lingkungan alam danau, sungai, serta hutan. Contoh:

Bahasa Sentani Bahasa Indonesia
mei air
ene rumah
ki orang
yo makanan
anate ikan

3. Struktur Kalimat

  • Struktur kalimat cenderung mengikuti pola Subjek–Objek–Predikat (SOP)

  • Pronomina (kata ganti orang) bisa berdiri sendiri atau melekat pada kata kerja

  • Partikel dan kata bantu digunakan untuk menandai waktu atau aspek

4. Aksara

  • Tidak memiliki sistem aksara tradisional

  • Saat ini ditulis menggunakan huruf Latin, terutama untuk keperluan pendidikan dan penerjemahan kitab suci


Fungsi dan Penggunaan

  • Digunakan dalam percakapan sehari-hari di desa-desa sekitar Danau Sentani

  • Bahasa Sentani memiliki fungsi penting dalam upacara adat, nyanyian tradisional, dan cerita rakyat

  • Bahasa Indonesia digunakan secara luas di bidang pendidikan dan pemerintahan, tetapi Bahasa Sentani tetap bertahan sebagai bahasa ibu


Pelestarian dan Perkembangan

  • Bahasa ini masih aktif digunakan, namun mulai berkurang di kalangan anak muda yang lebih dominan menggunakan Bahasa Indonesia

  • Terdapat upaya dokumentasi dari peneliti dan lembaga linguistik, termasuk penyusunan kamus dan tata bahasa dasar

  • Beberapa gereja dan lembaga lokal juga terlibat dalam penerjemahan Alkitab dan pengajaran bahasa kepada generasi muda